Rabu, 12 Desember 2012

Contoh Proposal Penelitian BAB III



BAB III
METEDOLOGI PENELITIAN


A.      Jenis Penelitian
Penelitian ini berbentuk Field Research dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif, dengan metode ini penulis dapat memahami dan mengungkapkan tentang masalah yang penulis teliti, dan juga metode kualitatif ini penulis dapat melakukan interview dengan objek yang penulis teliti. Dapat dipahami bahwa menganalisa deskriptif kualitatif adalah memberikan prediket pada variabel yang diteliti sesuai dengan kondisi sebenarnya. Maksudnya adalah untuk memperoleh gambaran yang sebenarnya antara keserasian teori dan praktek.
B.       Lokasi Penelitian
Penelitian ini penulis lakukan di SMP Muhammdiyah 6 Padang, yang merupakan lembaga pendidikan formal yang letaknya strategis dan tidak jauh daripusat kota.
Adapun alasan penulis mengambil lokasi ini karena penulis menemukan permasalahan yaitu dari kepribadian anak (siswa) sekolah yang bertolak belakang dengan keadaan dirumah.
C.      Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah subjek darimana data diperoleh (Arikunto, 2006 : 123). Untuk memperoleh data sehubungan dengan masalah yang akan penulis teliti. Perlunya sumber  data yang akan memeberikan informasi diantaranya yaitu :
1.      Sumber data primer
Sumber data primer dalam penelitian ini adalah orang tua dan siswa, data yang diharapkan disini adalah bagaimana orang tua mendidik anaknya dirumah.
2.      Sumber data sekunder
Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah Guru kelas, kepala sekolah, dan seluruh staf SMP Muhammdiyah 6 Padang.
D.      Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh penulis untuk mengumpulkan data. Untuk memperoleh data dilapangan yang sesuai dengan masalah yang akan diteliti maka penulis menggunakan teknik sebagai berikut :
1.    Observasi
Observasi yaitu pengamatan adalah pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan (Bungin, 2008 : 115). Untuk memperoleh data yang autentik dalam pengumpulan data tentang pola asuh orangtua penulis melakukan pengamatan secara cermat ke SMP Muhammadiyah 6 Padang.
2.    Wawancara
Pada saat pengumpulan data selain menggunakan teknik observasi, penulis juga menggunakan teknik wawancara. Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil menatap muka antara pewawancara dengan informasi orang yang diwawancarai (Bungin, 2008 : 108)
3.    Angket
Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 2006 : 151)
Pengumpulan data dengan angket ini penulis mengajukan daftar pertanyaan secara tertulis kepada responden, dimana jawabannya sudah disediakan. Angket ini penulis tujukan kepada orangtua.
4.    Dokumentasi
Pengumpulan data dengan teknik dokumentasi adalah data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip nilai, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya (Arikunto, 2006 : 231). Data yang akan dicari dapat berupa arsip-arsip tertulis seperti peraturan-peraturan dan catatan harian, guna mengetahui pelanggaran-pelanggaran yang terjadi.

E.       Teknik Analisis Data
Dalam pengolahan data penulis akan memahami dan menganalisis dengan deskriptif kualitatif yang memberikan prediket pada variabel yang diteliti sesuai dengan kondisi yang sebenarnya, hasil ini akan diperoleh dari pelaksanaan observasi dan wawancara dianalisis dengan uraian dan penjelasan narasi (Anggoro), 2007 : 4).
Adapun tahap-tahap analisis data yang penulis gunakan terdiri dari :
  1. Seleksi data, yaitu menyeleksi data yang sudah terkumpul, apakah sudah terjawab masalah penelitian yang akan disajikan atau belum.
  2. Klasifikasi data yaitu mengklasifikasikan data yang telah terkumpul sesuai dengan masalah yang telah ditetapkan.
  3. Menarik kesimpulan yaitu menerik kesimpulan dari data yang penulis peroleh sesuai dengan batasan masalah yang telah ditetapkan.

Contoh Proposal Penelitian BAB II



BAB II
KAJIAN TEORI

A.      Pola Asuh Orangtua
1.      Pengertian Pola Asuh Orangtua
Pola asuh dapat didefinisikan berdasarkan masing-masing kata yaitu pola adalah bentuk, corak dan ragam suatu benda atau objek tertentu (Departemen Pendidikan RI. KBBI) dan asuh adalah perihal mendidik, mengasuh. Dengan demikian pola asuh berarti bentuk atau ragam cara mengasuh dan mendidik ragam cara mengasuh anak. Menurut Abdullah Nasih Ulwan terbagi atas 5 bentuk yaitu pendidikan dengan keteladanan, pendidikan dengan adat kebiasaan, pendidikan dengan nasihat, pendidikan dengan memberikan perhatian dan pendidikan dengan memberikan hukuman.
Berdasarkan pendapat di atas maka dipahami ada lima bentuk pola asuh orangtua. Pola asuh orangtua ini akan sangat mempengaruhi perkembangan jiwa seseorang, hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Syaiful Bahri Djamarah bahwa “baik tidaknya keteladanan yang diberikan dan bagaimana kebiasaan hidup orangtua sehari-hari dalam keluarga akan mempengaruhi jiwa anak. Keteladanan dan kebiasaan yang orangtua tampilkan dalam bersikap dan berprilaku tidak terlepas dari perhatian dan pengamatan anak”.
Pendidikan yang diberikan oleh orangtua ini memiliki corak masing-masing yang sesuai dengan pola asuh yang diterapkan dalam keluarga tersebut.
Menurut Syaiful Bahri Djamarah bahwa :
Pola asuh orangtua bersentuhan langsung dengan masalah tipe kepemimpinan orangtua dalam keluarga. Tipe kepemimpinan itu pula yang melahirkan bermacam-macam sikap dan prilaku seseorang dalam memimpin kelompoknya. Karenanya, cara-cara kepemimpinan yang berlainan yang ditunjukkan oleh seorang pemimpin mempunyai akibat-akibat berlainan terhadap interaksi kelompok.
Dalam berbagai etnik keluarga, kepemimpinan orangtua yang biasanya muncul sering berlainan. Cara mengasuh orangtua dalam keluarga dibedakan menjadi 3 yaitu :
a.       Pola asuh demokratis
Yaitu pola asuh yang menampilkan pemimpin atau orangtua yang mendorong dan membantu anggota keluarga untuk membicarakan dan memutuskan semua kebijakan. Jadi maksudnya di sini adalah orangtua selalu memprioritaskan kepentingan anak akan tetapi tidak terlepas dari pengendalian dan pengawasan mereka.
b.      Pola asuh otoriter
Yaitu pola asuh yang ditandai dengan keputusan dan kebijakan yang seluruhnya ditentukan oleh pemimpin orangtua. Jadi maksudnya di sini bahwa orangtua cenderung memaksakan kehendak pada anaknya, apa yang di perintah harus dilakukan oleh anak dan biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman.
c.       Pola asuh Laissez Faire
Yaitu pola asuh yang memberikan kebebasan penuh kepada anak untuk mengambil keputusan individual dengan partisipasi orangtua yang minimal.
Sedangkan menurut Anne Ahira bahwa :
       Dalam sebuah keluarga anak adalah calon generasi penerus yang harus dirawat dan dijaga sebaik mungkin. Pribadi seorang anak akan sangat dipengaruhi oleh pola asuh keluarga yang diberikan sejak dini. Karena itulah, orangtua harus berhati-hati dalam memberikan pendidikan apapun terhadap anak-anak.

2.      Tanggung Jawab Orangtua Terhadap Anak
Orangtua dengan pola pengasuhan yang diterapkan pada dasarnya berhubungan dengan pelaksanaan tanggung jawab pendidikan kepada anak-anaknya. Tanggung jawab orangtua terhadap anaknya tampil dalam bentuk yang bermacam-macam. Menurut Djamarah (2004 : 28) bahwa :
Secara garis besar maka tanggung jawab orangtua terhadap anaknya adalah bergembira menyambut kelahiran anak, memberi nama yang baik, memperlakukan dengan lemah lembut dan kasih sayang, menanamkan rasa cinta sesama anak, memberikan pendidikan akhlak, menanamkan akidah tauhid, melatih anak mengerjakan shalat, berlaku adil, memperhatikan teman anak, menghormati anak, memberikan hiburan, mencegah perbuatan bebas, menjauhkan anak dari hal-hal porno, menempatkan pada lingkungan yang baik dan mendidik bertetangga dan bermasyarakat.
Menurut Abdullah Nashih Ulwan dalam Djamarah (2004 :29) membagi tanggung jawab orangtua dalam mendidik yaitu :
a.       Pendidikan ilmiah
b.      Pendidikan moral
c.       Pendidikan fisik
d.      Pendidikan rasio/ akal
e.       Pendidikan kejiwaan
f.       Pendidikan sosial
g.      Pendidikan seksual
Sedangkan Ramayulis membagi aspek pendidikan tersebut kepada enam aspek yaitu :
a.       Pendidikan jasmani dan rohani
b.      Pendidikan emosi
c.       Pendidikan akal
d.      Pendidikan akhlak
e.       Pendidikan sosial agama
f.       Pendidikan keimanan
Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa orangtua harus memberikan pendidikan keimanan, akhlak ibadah, jasmani, intelektual, sosial, seksual dan ibadah kepada anak-anaknya.
Keseluruhan aspek tersebut merupakan tanggung jawab orangtua dalam upaya membantu anak-anak mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya, sehingga dapat tumbuh menjadi orang dewasa yang berima, berilmu pengetahuan, berakhlak mulia, bertanggung jawab terhadap diri sendiri, dan masyarakat. Berdasarkan hal tersebut, bentuk tanggung jawab yang akan diberikan orangtua kepada aspek-aspek pendidikan ini adalah :
a.       Aspek Pendidikan Keimanan
Aspek pendidikan keimanan adalah aspek yang fundamental dalam pendidikan Islam. Keimanan merupakan pilar utama yang harus ditanamkan orangtua pada anaknya, karena akan menjadi pedoman oleh anak sampai ia dewasa.
b.      Aspek Pendidikan Akhlak
Dalam Islam, akhlak merupakan salah satu aspek agama yang penting dan tidak bisa dipisahkan dari aspek keimanan, karena keutamaan akhlak, perangai dan tabiat merupakan salah satu buah dari iman. Oleh sebab itu, dalam pendidikan Islam, aspek pendidikan akhlak merupakan aspek pendidikan yang penting. Demikian pentingnya akhlak ini, maka Islam menganjurkan kepada orangtua untuk menanamkan nilai-nilai akhlak dalam pelaksanaan pendidikan dalam keluarga.
c.       Aspek Pendidikan Jasmani
Di antara aspek pendidikan yang harus diperhatikan oleh orangtua adalah aspek pendidikan fisik atau jasmani. Pada dasarnya pendidikan ini bertujuan agar anak-anak tumbuh dewasa dengan kondisi fisik yang kuat, sehat, bergairah dan bersemangat.
d.      Aspek Pendidikan Intelektual (akal)
Akal adalah dimensi yang membedakan antara manusia dengan makhluk Allah SWT yang lain. Menurut Daradjat (1994 : 5) “Manusia memahami, mengamati, berpikir dan belajar, serta dengan akal itu manusia merencanakan berbagai kegiatan besar dan kecil, serta memecahkan berbagai masalah”.
e.       Aspek Pendidian Sosial
Kata sosial atau masyarakat berarti tempat atau wadah pergaulan hidup manusia yang perwujudannya berupa kelompok atau organisasi, yakni individu manusia yang saling berhubungan secara timbal balik.
Pendidikan sosial ini melibatkan bimbingan terhadap tingkah laku sosial, ekonomi dan politik dalam rangka akidah Islam yang betul dan ajaran-ajaran dan hukum-hukum agama yang dapat meningkatkan iman, takwa, takut kepada Allah dan mengerjakan ajaran-ajaran agamanya yang mendorong kepada produksi, menghargai waktu, jujur, ikhlas dalam perbuatan, adil, kasih sayang, ihsan, mementingkan orang lain, tolong menolong, setia kawan, menjaga kemaslahatan umum, dan cinta tanah air.
3.      Faktor yang Mempengaruhi Akhlak
Segala tindakan dan perbuatan manusia yang memiliki corak berbeda antara satu dengan yang lainnya. Pada dasarnya mertupakan akibat adanya pengaruh dari dalam diri manusia naluri(insting) dan aspek warotsah motivasi yang disuplai dari luar dirinya, seperti millie dan pendidikan (Zaharuddin dan Sinaga, 2004 : 93).  Adapun faktor yang memepengaruhi dan memotivasi akhlak antara lain sebagai berikut :
a.       Insting (naluri)
Aneka corak refleksi sikap0, tindakan dan perbuatan manusia dimotivasi oleh potensi kehendak yang dimonitori oleh  insting sesesorang. Insting merupakan tabiat yang dibawa manusia sejak lahir.
b.      Adat atau kebiasaan
Adat atau kebiasaan adalah setiap tindakan dan perbuatan seseorang yang dilakukan secara berulang-ulang dalam bentuk yang sama sehingga menjadi kebiasaan seperti berpakaian, makan tidur, olahraga dan sebagainya. Perbuatan yang telah menjadi adat kebiasaan, tidak cukup hanya berulang-ulang saja, tetapi disertai kesukaan dan kecendrungan hati terhadapnya. Orang yang sedang sakit, rajin berobat, minum obat, mematuhi aturan dokter, tidak bisa dikatakan adat kebiasaan, sebab dengan begitu dia mengharap sakitnya lekas sembuh. Apabila dia telah sembuh, dia tidak akan berobat lagi kepada dokter.
c.       Wirotsah (keturunan)
Pembicaraan istilah wirotsah berhubungan dengan waktu keturunan. Dalam hal ini secara langsung maupun tidak langsung, sangat mempengaruhi perkembangan jiwa seseorang. Sedangkan menurut aliran empirisme seperti yang dikatakan oleh luck dalam teori tabularasa, bahwa perkembangan jiwa anak itu mutlak ditentukan oleh pendidikan atau lingkungannya. Timbullah teori konvergensi yang bersifat kompromi atas kedua teori tersebut, bahwa ‘dasar’ dan ‘ajar’ secara bersama-sama membuna perkembangan jiwa manusia. Dua anak kembar dosekolahkan bersama-sama ternyata kepandaiannya berbeda.

Selasa, 04 Desember 2012

Contoh Proposal Penelitian BAB I



PROPOSAL PENELITIAN

“Pola Asuh Orang Tua Terhadap Perkembangan Akhlak dan  Cara Belajar Anak di SMP  Muhammadiyah 6 padang”








Oleh :
RITO IRAWAN
15609/2010



KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2012






BAB I
PENDAHULUAN

                 A.    Latar Belakang
Keluarga merupakan sebuah institusi yang terbentuk karena ikatan perkawinan. Mereka hidup bersama sehidup semati, ringan sama dijinjing berat sama dipikul, selalu rukun dan damai dengan suatu tekad dan cita-cita untuk membentuk keluarga bahagia dan sejahtera lahir dan batin.
Pengertian keluarga dapat ditinjau dari dimensi hubungan darah dan hubungan sosial. Keluarga dalam dimensi hubungan darah merupakan suatu kesatuan yang diikat oleh hubungan darah antara satu dengan yang lainnya. “Berdasarkan dimensi hubungan darah ini, keluarga dapat dibedakan menjadi keluarga besar dan keluarga inti”, (Djamarah, 2004:16). Menurut Shocib “Alam dimensi hubungan sosial, keluarga merupakan suatu kesatuan yang diikat oleh adanya saling berhubungan atau interaksi dan saling mempengaruhi antara satu dengan yang lainnya. Walaupun diantara mereka tidak terdapat hubungan darah”. (Djamarah, 2004:16).
Setiap anggota keluarga mengabdikan dirinya kepada kepentingan dan tujuan keluarga dengan rasa kasih sayang dan penuh tanggung jawab. Anggota keluarga meliputi ayah, ibu dan anak-anak, kelompok ini disebut keluarga inti. Dengan kata lain keluarga merupakan tempat pertama dan utama yang mempunyai arti paling strategi dalam membekali anak dengan nilai-nilai yang dibutuhkannya.
Keluarga merupakan sebuah penangung jawab. Oleh karena itu haruslah memenuhi segala kebutuhan hidup, membiayai semua keperluan hidup dan memeberikan perlindungan kepada semua anggota keluarga untuk mampu mengembangkan kepribadian sesuai dengan pola tingkah laku masing-masing.
Keluarga berperan sebagai faktor pelaksana dalam mewujudkan nilai-nilai, keyakinan-keyakinan dan persepsi budaya sebuah masyarakat. Ayah dan ibulah yang harus melaksanakan tugasnya di hadapan anaknya. Untuk mewujudkan anak yang saleh dan berakhlak mulia kewajiban orangtua dimulai sejak dini, khusus bagi ibu harus memfokuskan diri dalam menjaga akhlak, jasmani dan kejiwaan pada masa pra kehamilan sampai masa kehamilan dengan harapan Allah memberikan kepadanya kepadanya anak yang sehat dan saleh.
Kedua orangtua memiliki tanggung jawab terhadap anaknya dimana mereka harus memelihara menjaga dan mendidik serta memenuhi kebutuhan-kebutuhan anaknya. Jelas bahwa tugas dan tanggung jawab orang tua itu adalah memelihara anak dan keluarga. Memelihara dalam arti mendidik, membimbing dan memenuhi segala kebutuhan anak. Dalam Undang-undang Pendidikan Anak No 23 tahun 2002 dujelaskan bahwa Perlindungan yang diberikan kepada anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Anak pada masa kehidupannnya memiliki kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhinya. Dengan dipenuhinya kebutuhan-kebutuhan mereka orangtua akan menghasilkan anak yang riang dan gembira. Untuk mewujudkan  kepribadian anak konsekwensinya kedua orangtua harus memiliki keyakinan terhadap nilai-nilai kemanusian yang terdapat dalam Al-qur’an, begitu juga kedua orangtua harus memiliki pengetahuan berkaitan dengan masalah psikologi dan tahapan perubahan dan pertumbuhan manusia. Denga demikian kedua orangtua dalam menghadapi anaknya mempunyai tolak ukur baik dalam berfikir ataupun dalam menghukum anak mereka.
Selanjutnya dalam memberikan contoh yang baik, orangtua juga harus mengetahui tahap-tahap yang perkembangan yang sedang dilalui atau yang akan dilalui oleh anaknya supaya apa yang akan dilakukan oleh orangtua tidak berlawanan dengan yang semestinya. Kebanyakan yang ditemui sekarang ini orangtua cenderung memaksakan kehendaknya pada anak tanpa menilai apakah hal tersebut sudah sesuai dengan proses perkembangan yang sedang dilaluinya, oleh karna itu orangtua haruslah menjalin komunikasi yang baik dengan anaknya agar terjalin saling pengertian dan tidak menimbulkan salah paham.
Dalam pengasuhannya orangtua wajib memberikan aturan-aturan tertentu agar tidak terlalu dibebaskan, namun aturan-aturan tersebut harus disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan anak, sehingga anakpun tidak merasa berat dan terbebani.
Hukuman memang boleh diberikan, bahkan dianjurkan agar sianak menjadi jera. Tapi hukuman yang dimaksud bukanlah kemarahan yang menjadi-jadi atau kekerasan fisik yang membuat anak kesakitan. Hukuman orangtua terhadap anak adalah bentuk kasih sayang, jadi sebagai orangtua harus pintar-pintar memberikan hukuman apa yang cocok bagi anak, agar tidak berpengaruh negatif terhadap perkembangan anak selanjutnya.
Menurut pengamatan yang penulis temukan di SMP Muhammadiyah 6 Padang, Peneliti melihat adanya penyimpangan pada perkembangan akhlak dan cara belajar anak yang kurang baik. Siswa tersebut cenderung menirukan akhlak orangtua mereka. Karena secara langsung sikap orangtua terhadap anaknya, sikap ayah terhadap ibu atau sebaliknya, dapat mempengaruhi perkembangan moral anak, yaitu melalui proses peniruan (imitasi). Sikap orangtua yang keras (otoriter) cenderung melahirkan sikap disiplin semu pada anak, sedangkan sikap yang acuh tak acuh, atau sikap masa bodoh cenderung mengembangkan sikap kurang bertanggung jawab dan kurang memperdulikan norma pada diri anak.
Berdasarkan fenomena di atas penulis tertarik untuk meneliti bagaimana cara/ bentuk pengasuhan/ pendidikan yang diberikan oleh orangtua di rumah dalam membina perkembangan moral anak untuk diteliti dalam bentuk penelitian ilmiah dengan judul: “Pola Asuh Orang Tua Terhadap Perkembangan Akhlak dan  Cara Belajar Anak di SMP  Muhammadiyah 6 padang.”

           B.     Identifikasi Masalah
Berdasarkan penjelasan latar belakang di atas maka penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut :
1.      Siswa yang tidak bisa menghindar dari perilaku menyimpang meski    sudah diperingati atau dihukum.
2.      Siswa sering bermain dalam belajar dan mengganggu temannya.
3.      Masih banyaknya siswa kurang memiliki kesadaran untuk mentaati aturan belajar disekolah.

           C.    Batasan Masalah
Berdasarkan bahasan latar belakang masalah maka dalam penulisan skripsi ini penulis membatasi masalah yang akan diteliti yaitu :
1.      Cara orangtua mengasuh/ mendidik anak-anaknya dirumah.
2.      Dampak pola asuh orang tua terhadap ahklak dan cara belajar anak.

           D.    Rumusan Masalah
Berdasarkan bahasan latar belakang masalah maka penulis merumuskan masalahnya yaitu bagaimana pola asuh orang tua terhadap perkembangan akhlak dan cara belajar anak di SMP Muhammadiyah 6 kota Padang.


         E.     Tujuan Penulisan
Adapun tujuan panulisan ini adalah :
1.             Untuk mengetahui cara orang tua mengasuh/mendidik anaknya dirumah.
2.             Untuk mengeahui dampak pola asuh orang tua terhadap akhlak dan cara belajar anak disekolah.

          F.     Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1.      Sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas pada mata kuliah penelitian pendidikan kualitatif.
2.      Untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis tentang pola asuh orang tua terhadap perkembangan anak.
3.      Sebagai bahan bacaan dan masukan bagi orang tua bagaimana cara mendidik anak yang masih dalam perkembangan.
4.      Sebagai bahan bacaan dan acuan bagi penulis selanjutnya.

           G.    Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan dalam proposal ini terdiri dari 3 bab yaitu :
1.      Bab I  Merupakan pendahuluan yang berisikan latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
2.      Bab II   Terdiri atas landasan teori yang berisikan tentang Pola Asuh Orang Tua.
3.      Bab III Terdiri dari Metode penelitian berisikan tentang Jenis Penelitian, lokasi Penelitian, Sumber data, Teknik Pengumpulan Data, dan Teknik Analisis Data.