Rabu, 12 Desember 2012

Contoh Proposal Penelitian BAB II



BAB II
KAJIAN TEORI

A.      Pola Asuh Orangtua
1.      Pengertian Pola Asuh Orangtua
Pola asuh dapat didefinisikan berdasarkan masing-masing kata yaitu pola adalah bentuk, corak dan ragam suatu benda atau objek tertentu (Departemen Pendidikan RI. KBBI) dan asuh adalah perihal mendidik, mengasuh. Dengan demikian pola asuh berarti bentuk atau ragam cara mengasuh dan mendidik ragam cara mengasuh anak. Menurut Abdullah Nasih Ulwan terbagi atas 5 bentuk yaitu pendidikan dengan keteladanan, pendidikan dengan adat kebiasaan, pendidikan dengan nasihat, pendidikan dengan memberikan perhatian dan pendidikan dengan memberikan hukuman.
Berdasarkan pendapat di atas maka dipahami ada lima bentuk pola asuh orangtua. Pola asuh orangtua ini akan sangat mempengaruhi perkembangan jiwa seseorang, hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Syaiful Bahri Djamarah bahwa “baik tidaknya keteladanan yang diberikan dan bagaimana kebiasaan hidup orangtua sehari-hari dalam keluarga akan mempengaruhi jiwa anak. Keteladanan dan kebiasaan yang orangtua tampilkan dalam bersikap dan berprilaku tidak terlepas dari perhatian dan pengamatan anak”.
Pendidikan yang diberikan oleh orangtua ini memiliki corak masing-masing yang sesuai dengan pola asuh yang diterapkan dalam keluarga tersebut.
Menurut Syaiful Bahri Djamarah bahwa :
Pola asuh orangtua bersentuhan langsung dengan masalah tipe kepemimpinan orangtua dalam keluarga. Tipe kepemimpinan itu pula yang melahirkan bermacam-macam sikap dan prilaku seseorang dalam memimpin kelompoknya. Karenanya, cara-cara kepemimpinan yang berlainan yang ditunjukkan oleh seorang pemimpin mempunyai akibat-akibat berlainan terhadap interaksi kelompok.
Dalam berbagai etnik keluarga, kepemimpinan orangtua yang biasanya muncul sering berlainan. Cara mengasuh orangtua dalam keluarga dibedakan menjadi 3 yaitu :
a.       Pola asuh demokratis
Yaitu pola asuh yang menampilkan pemimpin atau orangtua yang mendorong dan membantu anggota keluarga untuk membicarakan dan memutuskan semua kebijakan. Jadi maksudnya di sini adalah orangtua selalu memprioritaskan kepentingan anak akan tetapi tidak terlepas dari pengendalian dan pengawasan mereka.
b.      Pola asuh otoriter
Yaitu pola asuh yang ditandai dengan keputusan dan kebijakan yang seluruhnya ditentukan oleh pemimpin orangtua. Jadi maksudnya di sini bahwa orangtua cenderung memaksakan kehendak pada anaknya, apa yang di perintah harus dilakukan oleh anak dan biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman.
c.       Pola asuh Laissez Faire
Yaitu pola asuh yang memberikan kebebasan penuh kepada anak untuk mengambil keputusan individual dengan partisipasi orangtua yang minimal.
Sedangkan menurut Anne Ahira bahwa :
       Dalam sebuah keluarga anak adalah calon generasi penerus yang harus dirawat dan dijaga sebaik mungkin. Pribadi seorang anak akan sangat dipengaruhi oleh pola asuh keluarga yang diberikan sejak dini. Karena itulah, orangtua harus berhati-hati dalam memberikan pendidikan apapun terhadap anak-anak.

2.      Tanggung Jawab Orangtua Terhadap Anak
Orangtua dengan pola pengasuhan yang diterapkan pada dasarnya berhubungan dengan pelaksanaan tanggung jawab pendidikan kepada anak-anaknya. Tanggung jawab orangtua terhadap anaknya tampil dalam bentuk yang bermacam-macam. Menurut Djamarah (2004 : 28) bahwa :
Secara garis besar maka tanggung jawab orangtua terhadap anaknya adalah bergembira menyambut kelahiran anak, memberi nama yang baik, memperlakukan dengan lemah lembut dan kasih sayang, menanamkan rasa cinta sesama anak, memberikan pendidikan akhlak, menanamkan akidah tauhid, melatih anak mengerjakan shalat, berlaku adil, memperhatikan teman anak, menghormati anak, memberikan hiburan, mencegah perbuatan bebas, menjauhkan anak dari hal-hal porno, menempatkan pada lingkungan yang baik dan mendidik bertetangga dan bermasyarakat.
Menurut Abdullah Nashih Ulwan dalam Djamarah (2004 :29) membagi tanggung jawab orangtua dalam mendidik yaitu :
a.       Pendidikan ilmiah
b.      Pendidikan moral
c.       Pendidikan fisik
d.      Pendidikan rasio/ akal
e.       Pendidikan kejiwaan
f.       Pendidikan sosial
g.      Pendidikan seksual
Sedangkan Ramayulis membagi aspek pendidikan tersebut kepada enam aspek yaitu :
a.       Pendidikan jasmani dan rohani
b.      Pendidikan emosi
c.       Pendidikan akal
d.      Pendidikan akhlak
e.       Pendidikan sosial agama
f.       Pendidikan keimanan
Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa orangtua harus memberikan pendidikan keimanan, akhlak ibadah, jasmani, intelektual, sosial, seksual dan ibadah kepada anak-anaknya.
Keseluruhan aspek tersebut merupakan tanggung jawab orangtua dalam upaya membantu anak-anak mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya, sehingga dapat tumbuh menjadi orang dewasa yang berima, berilmu pengetahuan, berakhlak mulia, bertanggung jawab terhadap diri sendiri, dan masyarakat. Berdasarkan hal tersebut, bentuk tanggung jawab yang akan diberikan orangtua kepada aspek-aspek pendidikan ini adalah :
a.       Aspek Pendidikan Keimanan
Aspek pendidikan keimanan adalah aspek yang fundamental dalam pendidikan Islam. Keimanan merupakan pilar utama yang harus ditanamkan orangtua pada anaknya, karena akan menjadi pedoman oleh anak sampai ia dewasa.
b.      Aspek Pendidikan Akhlak
Dalam Islam, akhlak merupakan salah satu aspek agama yang penting dan tidak bisa dipisahkan dari aspek keimanan, karena keutamaan akhlak, perangai dan tabiat merupakan salah satu buah dari iman. Oleh sebab itu, dalam pendidikan Islam, aspek pendidikan akhlak merupakan aspek pendidikan yang penting. Demikian pentingnya akhlak ini, maka Islam menganjurkan kepada orangtua untuk menanamkan nilai-nilai akhlak dalam pelaksanaan pendidikan dalam keluarga.
c.       Aspek Pendidikan Jasmani
Di antara aspek pendidikan yang harus diperhatikan oleh orangtua adalah aspek pendidikan fisik atau jasmani. Pada dasarnya pendidikan ini bertujuan agar anak-anak tumbuh dewasa dengan kondisi fisik yang kuat, sehat, bergairah dan bersemangat.
d.      Aspek Pendidikan Intelektual (akal)
Akal adalah dimensi yang membedakan antara manusia dengan makhluk Allah SWT yang lain. Menurut Daradjat (1994 : 5) “Manusia memahami, mengamati, berpikir dan belajar, serta dengan akal itu manusia merencanakan berbagai kegiatan besar dan kecil, serta memecahkan berbagai masalah”.
e.       Aspek Pendidian Sosial
Kata sosial atau masyarakat berarti tempat atau wadah pergaulan hidup manusia yang perwujudannya berupa kelompok atau organisasi, yakni individu manusia yang saling berhubungan secara timbal balik.
Pendidikan sosial ini melibatkan bimbingan terhadap tingkah laku sosial, ekonomi dan politik dalam rangka akidah Islam yang betul dan ajaran-ajaran dan hukum-hukum agama yang dapat meningkatkan iman, takwa, takut kepada Allah dan mengerjakan ajaran-ajaran agamanya yang mendorong kepada produksi, menghargai waktu, jujur, ikhlas dalam perbuatan, adil, kasih sayang, ihsan, mementingkan orang lain, tolong menolong, setia kawan, menjaga kemaslahatan umum, dan cinta tanah air.
3.      Faktor yang Mempengaruhi Akhlak
Segala tindakan dan perbuatan manusia yang memiliki corak berbeda antara satu dengan yang lainnya. Pada dasarnya mertupakan akibat adanya pengaruh dari dalam diri manusia naluri(insting) dan aspek warotsah motivasi yang disuplai dari luar dirinya, seperti millie dan pendidikan (Zaharuddin dan Sinaga, 2004 : 93).  Adapun faktor yang memepengaruhi dan memotivasi akhlak antara lain sebagai berikut :
a.       Insting (naluri)
Aneka corak refleksi sikap0, tindakan dan perbuatan manusia dimotivasi oleh potensi kehendak yang dimonitori oleh  insting sesesorang. Insting merupakan tabiat yang dibawa manusia sejak lahir.
b.      Adat atau kebiasaan
Adat atau kebiasaan adalah setiap tindakan dan perbuatan seseorang yang dilakukan secara berulang-ulang dalam bentuk yang sama sehingga menjadi kebiasaan seperti berpakaian, makan tidur, olahraga dan sebagainya. Perbuatan yang telah menjadi adat kebiasaan, tidak cukup hanya berulang-ulang saja, tetapi disertai kesukaan dan kecendrungan hati terhadapnya. Orang yang sedang sakit, rajin berobat, minum obat, mematuhi aturan dokter, tidak bisa dikatakan adat kebiasaan, sebab dengan begitu dia mengharap sakitnya lekas sembuh. Apabila dia telah sembuh, dia tidak akan berobat lagi kepada dokter.
c.       Wirotsah (keturunan)
Pembicaraan istilah wirotsah berhubungan dengan waktu keturunan. Dalam hal ini secara langsung maupun tidak langsung, sangat mempengaruhi perkembangan jiwa seseorang. Sedangkan menurut aliran empirisme seperti yang dikatakan oleh luck dalam teori tabularasa, bahwa perkembangan jiwa anak itu mutlak ditentukan oleh pendidikan atau lingkungannya. Timbullah teori konvergensi yang bersifat kompromi atas kedua teori tersebut, bahwa ‘dasar’ dan ‘ajar’ secara bersama-sama membuna perkembangan jiwa manusia. Dua anak kembar dosekolahkan bersama-sama ternyata kepandaiannya berbeda.

1 komentar:

  1. ass,, mkasih y akhi,,atas berbagi ilmunya..smoga bermanfaat dan mnjd amal ibadah di sisiNya. amin..slm knal y..

    BalasHapus